Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Zia Emil : Gaibnya Perpustakaan Di Tengah Luasnya Hamparan Madrasah Keilmuan Di Haul Syekh Muhammad Muhajirin Yang Ke-22

Zia Emil
Aba Eming (Alumni Ma'had Annida Al-Islamy)

Bekasi, Pers Marhalah 'Ulya

(10/06/2024). Momentum haul syekh Muhammad Muhajirin yang ke-22 ini Alhamdulillah berkesempatan untuk berbincang sedikit dengan salah satu alumni Annida yang sekarang menekuni diri sebagai seniman sekaligus wirausahawan yaitu M. Zia Emil atau yang akrab disapa dengan sapaan Aba Eming oleh anak, istri dan sahabatnya.

Momentum haul telah lama menjadi salah satu ajang silaturahmi antar sesama santri Annida Al-Islamy.

Bang Emil atau Aba Eming memberikan tanggapan ketika beberapa kali mendatangi haul Syekh Muhajirin. Menurutnya “haul ke haul masih bersifat stagnan, tidak ada perubahan yg signifikan, baik dari susunan acara, model panggung, tenda ataupun santapan yang disajikan kepada para jama'ah, dan ini terbilang memang sudah cukup baik," Ungkapnya.

Narasumber yang diundang pada kesempatan haul kali ini adalah Gus Ulil Abshar Abdalla yang mungkin menurut beberapa kalangan memiliki banyak kontroversi didalam kiprah intelektualnya, akan tetapi Aba Eming menanggapi sosok narasumber kali ini dengan bijak.

"Di dunia ini tokoh mana yang tidak kontroversi, kontroversi itu relatif,  tergantung siapa yang melihat dan dari sudut pandang apa. Gus Ulil dari dulu yang saya tahu, di ranah intelektualitas manhajnya ilmu dan basicnya juga turots-turots pesantren,". Ujar Aba Eming.

Aba Eming juga menambahkan bahwasannya dalam khazanah intelektualitas, kontroversi itu sudah menjadi sunatullah. Apalagi dalam hal ini wilayah para kiai, Tidak mungkin bisa dicapai keselarasan pandangan antar semua ulama atau kyai, ini tidak mungkin, karena yang demikian adalah wilayah ijtihadi. Justru menurutnya mengundang tokoh yang memiliki kontroversi itu bagus, karena dapat menumbuhkan pemikiran masyarakat luas, open minded/inklusif. Dan menurutnya yang harus digaris bawahi di pondok pesantren Annida Al-Islamy ini tidak pernah diajarkan radikalisme, ekstrimisme, dan fanatisme. Dan syekhuna sendiri telah menyajikan keragaman santapan perbedaan pendapat antar tokoh ulama dengan sangat jelas di dalam karya master piecenya yaitu Kitab Misbahuz Dzholam, Bahkan beliau banyak mengutip pendapat dari Imam Daud Adzhohiri yang secara luas dikenal sebagai tokoh nyeleneh, atau liberal bila dibahasakan dengan gaya bahasa saat ini.


(Doc: Pribadi)

"Annida itu harus selalu berpegang teguh dengan Qoidah المحافظة على قديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلاح  yang berarti melestarikan tradisi terdahulu yang baik,  mengambil hal baru yang lebih baik” dinamis, progresif," Tegasnya.

Dan alhamdulillah sampai sekarang ini masih dipegang teguh oleh para pewaris pendiri ma'had saat ini. Menurutnya Annida itu tidak boleh kaku, selagi ada suatu hal yang baru dan lebih relevan untuk diterapkan ya harus diterapkan tanpa menghilangkan napak tilasnya.

Beberapa hari lalu sedang viral permasalahan tentang Negara memperbolehkan ormas agama mengelola tambang.

Aba Eming berpendapat "ya baguslah,  bila otoritas tersebut di jalani secara amanah, maka bisa dipastikan kemanfaatannya akan dirasa oleh ranah pendidikan dan sosial pesantren," Ucap Aba Eming

Aba Eming Menggugah Dunia Literasi


Ada sedikit saran dari Aba Eming perihal semangat memperkaya literasi, hingga saat ini menurutnya belum terlihat progresnya. Bahkan Kita belum punya simbol junjungan tinggi terhadap pustaka, kita masih abai pada perkembangan perpustakaan yang lebih menarik, padahal syaikhuna sebagai pendiri adalah seorang penulis yang hebat yang kaya referensi.  

Selaras dengan hal tersebut, Aba Eming juga mengatakan bahwa 

"kita butuh anak didik yang kaya akan literasi, baik itu di platform digital atau media cetak. Inilah harapan beliau terkait literasi membaca yang semoga kedepannya bisa ditanggapi secara bijak, dan beliau berharap semoga Ma'had kita ini bisa menjadi rujukan basis data untuk lembaga pendidikan dan kampus-kampus lain," Tambahnya
Tidak bisa dipungkiri bahwa  "salah satu simbol keilmuan adalah buku atau kitab, maka dari itu perpustakaan menjadi hal yang amat penting untuk diperhatikan". Apalagi lambang ma'had ini adalah kitab yang berjejer, maka menjadi aneh bila di dalam ma'had hanya ditemukan perpustakaan usang yang tak dapat diperhitungkan. Bahasa kekiniannya "enggak banget". Heuheu.

Aba Eming Bersama Abah Fahruddin

Ada pesan yang bisa diambil dari statement Aba Eming, Sebagai Berikut.

“Ada dua point penting yang bisa dipetik, yang pertama harus tetap berpegang teguh pada adegium المحافظة على قديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلاح tetap menjaga tradisi terdahulu yang baik, tidak kaku terhadap perkembangan zaman. Point kedua pentingnya perpustakaan didunia pendidikan, karena buku dan kitab  merupakan simbol dari keilmuan," Tutup Aba Eming

Perlu diketahui juga Aba Eming merupakan Founder Rumah Cinta Negara

Editor : Muhammad Fathur Rohman

Reporter : Alief Hafidzt Aulia

Fotografer : Maulana



Posting Komentar untuk "Zia Emil : Gaibnya Perpustakaan Di Tengah Luasnya Hamparan Madrasah Keilmuan Di Haul Syekh Muhammad Muhajirin Yang Ke-22"