Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sidang Komprehensif: "Menguak Kebohongan Mahasiswa Sejak Awal Kuliah"

 
Komprehensif
Ilustrasi suasana surealis sidang komprehensif.
 

Refleksi Sidang Komprehensif 

Ruang kampus yang biasanya minim aktivitas, kini mulai bergema oleh hadirnya sidang pembuka. Di sana, para mahasiswa tingkat akhir duduk bersampingan.

Wajah mereka penuh keringat yang menyiratkan ketegangan dan kekhawatiran. Setengah percaya diri, setengah lagi gugup.

Mereka bukan sekedar menunggu giliran untuk diuji, melainkan babak penentuan: Apakah ilmu yang mereka lahap selama empat tahun telah mendarah daging?

Welcome to the comprehensive session. Ujian ini secara diam-diam dilaksanakan untuk menyaring mereka yang benar-benar belajar dan mereka yang hanya sekedar rajin mengisi absen di kelas.

Pada Rabu kemarin (4/6/2025), STIT Al-Marhalah Al 'Ulya kembali mengadakan sidang komprehensif. Ustadz Ahmad Zamakhsari, Ketua Prodi PAI, sidang ini bukan sekedar formalitas akademik.

Namun itu merupakan ruang ujian menyeluruh yang mencerminkan seberapa dalam mahasiswa menghayati dan menyerap pengetahuan dari semeseter awal hingga akhir.

"Sidang-sidang seperti ini, terutama sidang komprehensif, sejatinya mengukur sejauh mana mahasiswa menguasai dan memahami apa yang sudah diajarkan selama kuliah di sini," ujar Zamakhsari.

Ilmu Agama dan Pendidikan: Dua Pilar Ujian

Sidang komprehensif yang kemarin dilaksanakan terbagi kepada dua rumpun materi: Rumpun Keagamaan dan Rumpun Kependidikan.

Masing-masing terdiri dari sepuluh pertanyaan yang harus dijawab mahasiswa. Tak sekedar menghafal, mereka dituntut memperdalam pemahaman terkait materi yang ditanyakan.

"Ada dua rumpun materi yang diujikan. Pertama, Rumpun Keagamaan mencakup materi-materi agama. Keduam, Rumpun Pendidikan mencakup materi-materi seputar pendidikan," jelasnya.

Ujian ini dirancang tidak hanya nyetor hafalan, melainkan kemampuan mahasiswa memahami dan mengintegrasikan pengetahuannya dalam konteks nyata. 

Karena itu, sidang komprehensif ini kerap menjadi barometer mahasiswa dalam pengetahuan seputar Pendidikan dan Agama Islam.

Mental: Lapisan Tipis di Atas Api

Tak ada yang benar-benar menyembunyikan ketidaksiapannya di depan meja sidang. 

Namun, tak semua yang tidak bisa menjawab pertanyaan itu bodoh, terkadang yang pintar dan rajin belajar pun kerap tergelincir ke jurang ketidaktahuan. 

Rupanya ini menjadi salah satu tantangan bagi mahasiswa "Mental". Lemahnya mental menyebabkan mahasiswa khawatir tidak bisa menjawab pertanyaan penguji dengan baik. 

"Beberapa mahasiswa mengaku sudah belajar, dan sudah membaca dengan baik. Tapi ketika ditanya oleh penguji, mereka justru menjadi down. Maka penting untuk ke depannya, persiapkanlah mental dan pengetahuan," ungkap Zamakhsari.

Persiapan mental? Ya betul sekali. Mental seolah seperti lapisan tipis di atas api yang bisa terbakar hanya dengan satu korek api yang dapat membakar. 

Dan Ketika mental retak, pertanyaan-pertanyaan berikutnya akan datang seperti badai yang tak terbendung.

Zamakhsari tak menampik, timbul rasa gregetan ketika melihat mahasiswa tidak bisa menjawab pertanyaan dasar.

Sebagai calon guru PAI, seharusnya mereka sudah mendalami materi-materi dasar, seperti rukun wudhu, membaca Al-Qur'an sesuai dengan tajwidnya, hingga memperkenalkan diri menggunakan Bahasa arab.

"Sangat disayangkan, kalau mahasiswa selama empat tahun ini tidak mampu menjawab pertanyaan yang mendasar seperti rukun wudhu, tajwid, hadits, hingga Bahasa arab. Saya kira ini pelajaran mendasar," katanya dengan nada prihatin.

Sidang Bukan Ajang Penghakiman

Meski demikiran, ia menegaskan bahwa sidang ini bukan tempat penghukuman karena tidak bisa menjawab. Bukan juga ajang menjatuhkan mahasiswa.

Para penguji bukan algojo yang menghukum seseorang karena berbuat salah, melainkan mitra intelektual yang ingin mengevaluasi, sampai di mana mahasiswa benar-benar memahami materi perkuliahannya. 

"Kami para dosen hanya memberikan pertanyaan sesuai dengan kapasitas mahasiswa. Bukan untuk menjelekkan apalagi merendahkan, tetapi untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi selama empat tahun kuliah," tuturnya.

Zamakhsari hanya berpesan agar seluruh mahasiswa yang hendak sidang, baik komprehensif, proposal, ataupun sidang akhir, mereka harus mempersiapkannya secara matang.

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Apa itu sidang komprehensif? 

Sidang komprehensif adalah ujian akhir yang bertujuan menguji pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan secara menyeluruh.

2. Apa saja materi yang diujikan pada sidang komprehensif?

Dalam sidang komprehensif ada dua jenis materi yang diujikan. Pertama, materi keagamaan yang terdiri dari Al-Qur'an, Hadits,Tafsir, Fiqih, Ushul Fiqih, Bahasa Arab, Sejarah Islam, Filsafat Islam

Kedua, materi pendidikan yang terdiri dari Ilmu Pendidikan Islam, Pengelolaan Kelas, Administrasi Mengajar, Etika dan Profesi Guru. 

3. Apa tantangan terbesar dalam menghadapi sidang ini? 

Salah satu tantangan utama adalah "mental". Banyak mahasiswa yang sudah belajar justru gagal menjawab karena gugup atau tidak siap mental. Kesiapan psikologis sangat penting agar tidak “blank” saat menjawab. 

Posting Komentar untuk "Sidang Komprehensif: "Menguak Kebohongan Mahasiswa Sejak Awal Kuliah""