Tantangan Baru Jurnalisme: Bertahan dari Teror dan Transformasi Digital
![]() |
Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu (Persmarhalah/Fathur) |
Dalam memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia saat ini kebebasan sering mendapatkan represif dan intimidasi, seperti peristiwa beberapa saat lalu ketika salah satu kantor redaksi media nasional Tempo mendapatkan teror kepala babi dan bangkai tikus hal ini dianggap sebagai upaya pembungkaman terhadap kebebasan pers.
Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menyebutkan bahwa media adalah wakil masyarakat yang menyuarakan suara-suara yang tidak selalu disuarakan dengan keras oleh rakyat.
"Media adalah wakil masyarakat untuk menyuarakan suara-suara yang tidak selalu disuarakan secara langsung oleh publik atau sebaliknya," kata Ninik saat Seminar Media Sustainability “Strengthening Democracy & Public Trust” WPFD 2025 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Sabtu (3/5/2025).
Baca juga: Niki Gumay : Mengungkap lebih dalam Media Pena Bekasi
Menurut Ninik ada hal-hal penting yang perlu disampaikan oleh pemerintah kepada rakyatnya, oleh karena itu pers sebagai pilar demokrasi bertugas mewadahi dan menyampaikan hal tersebut.
"Ada hal-hal penting yang perlu disuarakan oleh pemangku kepentingan kepada publik, maka pers media menjadi pilar keempat karena posisinya adalah mewakili publik dan itu representasi juga di dewan pers," ujarnya.
Ninik juga menyampaikan bahwa pemerintah bisa bekerja sama dengan media dalam hal publikasi atau iklan yang sering dikunjungi oleh pembaca.
"Pemerintah bisa bekerja sama dalam publikasi atau iklan dengan media arus utama, bukan cuma dengan platform media digital," tuturnya.
Namun, kerjasama yang ditawarkan oleh pemerintah harus tetap berpegang teguh pada independensi pers, iklan bukan berdasarkan rasa suka atau tidak suka.
"Kerja sama itu tetap dalam kerangka independensi pers. Kerja sama iklan itu bukan atas dasar suka-tidak suka. Pemerintah hanya beriklan di media yang memberitakan baik-baik tentang pemerintah," jelasnya.
Baca juga: Dr. Fahruddin Faiz: "Menyelami Harmoni Spiritualitas dan Ilmu di Era Modern"
Sementara itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengatakan bahwa harus memikirkan solusi untuk cara platform ikut andil dalam memberi ruang bagi jurnalisme yang berkualitas.
"Bagaimana caranya platform ikut bertanggung jawab memberi ruang bagi jurnalisme berkualitas? Ini pertanyaan besar yang harus kita jawab bersama," ucapnya.
Nezar mengungkapkan bahwa era sekarang semua bisa mengakses dan memproduksi informasi tetapi jurnalisme yang berkualitas harus tetap dipertahankan sebagai pilar demokrasi.
"Ini era dimana setiap orang bisa memproduksi informasi. Tapi jurnalisme berkualitas tetap pilar demokrasi yang harus kita pertahankan bersama," pungkasnya.
Pewarta: M. Fathur Rohman
Posting Komentar untuk "Tantangan Baru Jurnalisme: Bertahan dari Teror dan Transformasi Digital"