Ubrug dan Lenong Gegerkan CCM Cilegon, Dosen STIT Al Marhalah Dorong Pelaku Seni Melek Teknologi
![]() |
Narasumber Ubrug kang Bahroni (baju hitam) Narasumber Lenong bang Abdu Azis(baju warna oranye, moderator syaiful |
Suasana Cilegon Center Mall (CCM) yang biasanya adem dan beraroma komersial, mendadak gegap gempita oleh alunan seni tradisi.
Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VIII menghadirkan dua kesenian teater rakyat: Ubrug dari Banten dan Lenong dari Betawi, dalam gelaran Diskusi Budaya dan Diseminasi Pertunjukan Seni, Ahad (20/7/2025).
Dihadiri pelajar dari SMPN 1 dan SMPN 2 Cilegon, penggiat seni, Dewan Kebudayaan, serta tokoh budaya dari Kampung Silat Petukangan, acara ini juga menarik perhatian akademisi STIT Al Marhalah Al-‘Ulya Bekasi, Hadi Winarno, yang dikenal sebagai pecinta seni rakyat pesanggrahan.
"Acara ini sangat menarik untuk ditindaklanjuti oleh semua pihak, khususnya para pelaku seni. Mereka harus siap menghadapi persaingan budaya global yang bisa melemahkan budaya lokal," ujar Hadi kepada Pers Marhalah.
Ia juga mengingatkan pentingnya peran teknologi dalam pelestarian budaya. “Pelaku seni juga harus melek teknologi, agar bisa mengemas budaya lokal untuk tampil di media sosial. Kalau tidak, seni kita akan ditinggal generasi muda,” imbuhnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Cilegon, Hj Heni Anita Susila, yang membuka acara, menyebutkan bahwa diskusi budaya di ruang publik seperti mall adalah langkah strategis. Ia juga mengumumkan rencana besar bertajuk Budaye Cilegon Fest & International Folk Art 2025 pada 6–11 Agustus mendatang.
"Ini bagian dari upaya memperkuat citra Cilegon sebagai kota industri yang juga kaya budaya," ujarnya.
Festival tersebut akan menampilkan budaya dari Indonesia, Rusia, Bulgaria, Korea Selatan, India, dan komunitas seni lokal.
Kepala BPK Wilayah VIII, Lita Rahmiati, mengapresiasi antusiasme masyarakat, khususnya para pelajar.
"Ini tanda bahwa generasi muda kita punya perhatian terhadap budaya sendiri. Tinggal bagaimana kita menjaga dan menyalurkannya," ujarnya.
Diskusi menghadirkan Kang Bahroni, pakar Ubrug, serta Bang Abdul Azis dari Sanggar Seni Bintang Timur yang membahas sejarah Lenong.
Diskusi semakin hidup saat Bu Neng, guru dari SMPN 2 Cilegon, mengakui bahwa murid-muridnya lebih akrab dengan Lenong ketimbang Ubrug.
"Apa langkah jangka pendek, menengah, dan panjang agar Ubrug lebih dikenal seperti Lenong?" tanyanya pada forum.
Acara ditutup dengan dua pertunjukan menggugah: Mat Pelor dari kelompok Ubrug, dan Stambul Kumis Baplang dari kelompok Lenong Denes. Penonton terlihat antusias, membuktikan bahwa seni tradisi belum kehilangan tempat di hati masyarakat.
Posting Komentar untuk "Ubrug dan Lenong Gegerkan CCM Cilegon, Dosen STIT Al Marhalah Dorong Pelaku Seni Melek Teknologi"